Penyakit Cacar Monyet, Beda Dengan Cacar Air!

Loading image...

Penyakit Cacar Monyet! (MonkeyPox)Image by freepik

Oleh Widya Prasetyo September 16, 2024
Terakhir Diperbarui: September 16, 2024

Pada tanggal 14 Agustus 2024, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mengumumkan penyakit cacar monyet sebagai darurat kesehatan global. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus. Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan RI, Indonesia mencatatkan 88 kasus penyakit cacar monyet sejak 2022 hingga 2024. 

Penyakit Cacar Monyet, Beda Dengan Cacar Air!

Sejak status darurat global ini disampaikan hingga saat artikel ini ditulis, tercatat ada 15 kasus baru yang dicurigai sebagai penyakit cacar monyet. Dari jumlah tersebut, 10 kasus dinyatakan negatif, sementara lima lainnya masih dalam tahap pemeriksaan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa peningkatan status darurat ini terjadi karena adanya varian baru, yaitu clade 1B, yang memiliki tingkat fatalitas lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya.

Penyebab

Penyakit cacar monyet (monkeypox) merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus Monkeypox (MPXV), yang memiliki karakteristik mirip virus smallpox. Penyakit ini langka dan ditularkan melalui hewan (zoonosis), namun gejalanya cenderung lebih ringan. Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark ketika terjadi dua wabah penyakit mirip cacar pada kera yang digunakan dalam penelitian, sehingga dinamakan cacar monyet. Namun, penularannya tidak terbatas pada monyet saja. Beberapa hewan pengerat seperti tikus dan tupai juga dapat terinfeksi dan menularkan virus ini kepada manusia. Meski penularan antar manusia bisa terjadi, risikonya relatif kecil.

Gejala

Secara umum, gejala penyakit cacar monyet memiliki kemiripan dengan gejala penyakit cacar air. Namun, pada penyakit cacar monyet, pembengkakan kelenjar getah bening menjadi salah satu ciri khasnya. Gejalanya terbagi dalam dua tahap, yaitu fase prodromal atau fase awal, yang ditandai dengan demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Fase ini kemudian diikuti oleh fase erupsi, yang biasanya terjadi 1-3 hari setelahnya, dengan munculnya ruam pada kulit.

Fase Prodormal (Tanda-tanda Awal Virus Sudah Mulai Menginvasif Tubuh)

  • Demam
  • Nyeri kepala kadang sampai nyeri hebat
  • Otot-otot dan Punggun nyeri atau cekot-cekot
  • Kalenjar Getah Bening (KGB) membengkak di daerah leher, selangkangan, atau ketiak. 
  • Lelah dan Lemas
  • Meriang atau panas dingin
  • Hari 1-3 setelah gejala awal, mulai tumbul luka-luka atau lesi di kulit (ruam)

Fase Erupsi (Tanda Virus Menyebar Di Tubuh, Ruam-ruam Mulai Berkembang)

  • Makula : Lesi akan berubah warna, tetapi masih berbentuk datar (awal bisa muncul di anus)
  • Papula : Lesi akan sedikit terangkat
  • Vesikel : Lesi akan semakin berkembang dan membentuk benjolan dengan cairan bening di dalamnya
  • Pustula : Cairan di dalam lesi akan berubah menjadi warna kekuningan
  • Akhir, Lesi Pustula akan menjadi kering dan mengelupas

Gejala akan dialami selama 2 hingga 4 minggu. Biasanya, kondisi ini dapat membaik dan menghilang dengan sendirinya. Dikutip dari informasi kementrian kesehatan mengenai gejala MonkeyPox terbaru, disebutkan bahwa saat ini banyak lesi-lesi atau luka awal pada Penyakit Cacar Monyet ini timbul di anus dan rectum (sekitaran dubur) disertai dengan bentukan lesi yang berbeda, yakni lesi yang membengkak dengan cepat berisi cairan dan nanah yang menimbulkan rasa nyeri sekali pada area dubur. 

Diagnosis

Dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan pasien serta keluarganya terlebih dahulu. Setelah itu, pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengonfirmasi gejala yang dialami. Pada tahap ini, lesi dan ruam yang muncul akan diperiksa lebih lanjut melalui uji laboratorium. 

  • Sampel cairan dari lesi diambil dan diuji menggunakan tes polymerase chain reaction (PCR). 
  • Pemeriksaan juga dapat dilakukan melalui biopsi, di mana sampel lesi dan kulit diambil untuk mengidentifikasi jenis virus yang menyebabkan gejala tersebut.

Pengobatan

Saat ini belum ada pengobatan yang bisa secara langsung menyembuhkan cacar monyet. Perawatan yang tersedia lebih difokuskan pada pengendalian gejala. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki tiga strategi untuk mengatasi cacar monyet, yaitu melalui surveilans, terapi, dan vaksinasi. 

  • Pengobatan simtomatis, mengobati gejala-gejala yang muncul sambil mempersiapkan ketersediaan antivirus khusus untuk cacar monyet. 
  • Pemberian antivirus, pemberian antivirus tidak perlu diberikan kepada semua pasien dan hanya kepada pasien yang berisiko mengalami gejala berat atau sudah menunjukkan tanda-tanda parah yang akan mendapatkannya. Gejala parah ini bisa meliputi lebih dari 100 lesi di kulit, demam tinggi, mual, muntah, atau lesi di area vital seperti mata, yang dapat menyebabkan kebutaan, atau di tenggorokan, yang dapat mengganggu pernapasan. 
  • Self-limiting Disease, seperti kelompok penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya, penyakit cacar monyet juga dapat sembuh sendiri secara teori 2 hingga 4 minggu tergantung dari tingkat keparahan penyakit, daya tahan tubuh pasien dan asupan nutrisi yang diberikan.

Melihat penyakit cacar monyet ini tiba-tiba menjadi perhatian nasional, apabila anda khawatir / was-was dan ingin memeriksakan diri terkait penyakit ini, jangan ragu untuk menghubungi atau memeriksakan diri dan berkonsultasi ke dokter terdekat ya!